
Arie Basuki/Merdeka.com

Pada Maret 2023, para Biksu Thailand atau bhante melakukan perjalanan atau ritual Thudong selama berbulan-bulan dari Thailand hingga perhentian terakhir, yaitu Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Terdapat kabar juga bahwa salah satu bhante dari Indonesia turut mengikuti ritual ini.
Thudong adalah ritual berjalan jauh hingga ribuan kilometer yang dilakukan para bhante atau biksu untuk meniru Buddha. Ritual ini menekankan pada meditasi dan praktik pertapaan di atas pengejaran ilmiah dan sastra.
Biksu yang menganut thudong disebut juga Biksu Pertapa atau Biksi Meditasi yang tinggal di hutan Asia Tenggara. Mereka menghidupkan tradisi Buddhis Threvada yang berkaitan langsung dengan Buddha Ghautama melalui ritual thudong. Mulanya, ritual ini tidak diakui sebagai ilmu tradisional dan peribadatan, lho!
Simak penjelasan di bawah ini agar mengetahui jawabannya!
Undang-Undang Sangha
Pada 1902, muncul Undang-Undang Sangha sebagai upaya formal pertama untuk menghidupkan ritual tersebut. Dampak dari Undang-Undang Sangha adalah pembatasan kekuasaan kepala biksu untuk menyucikan biksu baru atau mendirikan pertapaan (kuil).
Di Sri Lanka, terdapat undang-undang serupa yang mengarah pada gerakan “penyucian diri”, yaitu kepala biksu dan tokoh terpandang di suatu daerah, melepaskan diri dari urusan pemerintahan pusat, dan mendirikan kuil dengan dukungan warga biasa.
Pada 1962, muncul Undang-Undang Sangha ke-2 yang mengantarkan pada invasi hutan di Thailand dan berlangsung hingga akhir tahun 1980-an. Pemerintahan militer yang terjadi pada awal 60-an, mengajak pembangungan ekonomi di pedesaan, sehingga terjadi sentralisasi tanah dan sumber daya pedesaan maupun pertanian.
Dampak Undang-Undang Sangha

Dampak dari Undang-Undang Sangha adalah tempat para biksu serta hewan liar yang tinggal di hutan menjadi hancur karena industrialisasi dan penggundulan hutan. Hal itu juga menyebabkan Buddhis di Bangkok mendapat tekanan.
Pemerintah melabeli para Biksu Hutan sebagai pro-komunis dan menganggap hutan sebagai tempat para pemberontak bersembunyi. Selain itu, Biksu Hutan juga mendapat sebutan “biksu dengan mata tertutup” karena memiliki praktik meditasi yang berbeda dengan para biksu di kota.
Gejolak yang terjadi pada 1960-an dan 1970-an itu membuat para biksu thudong terpaksa keluar dari tempat tinggal mereka agar dapat mengajarkan orang lain tentang hubungan yang mengikat antara manusia dengan alam.
Baca Juga: Suku Aborigin: Penduduk Asli Australia
Akan tetapi, mereka tidak mampu melawan kekuatan modernisasi yang begitu pesat. Terlebih, masyarakat pada saat itu tidak peka terhadap makna dan nilai yang lebih besar dari lingkungan.
Padahal, para biksu thudong berpandangan bahwa hutan adalah rumah, sekolah, tempat latihan, dan tempat perlindungan mereka. Kehidupan mereka di hutan pun aman selama para biksu memiliki perhatian penuh.
Sampai akhirnya, generasi terakhir biksu hutan tinggal di lingkungan monastik, yaitu lingkungan yang menganut praktik keagamaan berupa tindakan menjauhi segala hasrat keduniawian dengan maksud membaktikan hidup hanya bagi kegiatan kerohanian.
Mereka mendapat pujian, dukungan material serta status yang tinggi, tetapi kehilangan lingkungan mereka tinggal. Penduduk kota dan para turis pun lebih mengharapkan para biksu meramal dan memberikan jimat. Mereka tidak menunjukkan minat untuk mempelajari ajaran para biksu.
Thudong Saat Ini
Oleh karena itu, ritual thudong saat ini sebenarnya merupakan ritual yang sudah termodernisasi. Adanya perubahan ekosistem dan sosiokultural membuat tradisi serta komunitas asli para biksu di hutan menghilang. Namun, ritual tersebut tetap merepresentasikan kekayaan warisan aslinya.
Prinsip-prinsip visuddhimagga yang terus mengilhami Buddhisme Theravada membuat mereka berhasil menemukan warisan vipassana dan tradisi meditasi yang akhirnya dapat diwariskan ke dunia modern melalui ritual thudong.
Baca Juga: Mengenal Hanbok, Pakaian Tradisional Korea yang Mendunia
Itulah pengertian serta sejarah mengenai thudong. Jika Cationers tertarik mengetahui informasi menarik mengenai bahasa, budaya, atau sejarah tentang negara-negara lainnya, bisa mengunjungi Instagram Hellocation.id atau membaca artikel di laman Hellocation. Terdapat informasi penting dan menarik juga seputar beasiswa di berbagai negara, lho!